Gunung Bromo (Taman Nasional Bromo-Semeru) | |
Taman Nasional Bromo-Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian 2392 m dari permukaan laut. Bromo memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun. | |
Apabila Anda berwisata ke Jawa Timur, sangat disayangkan jika tidak mengunjungi Kawasan Wisata Alam Taman Nasional Bromo " Semeru. Apalagi ditambah dengan kondisi udara yang masih segar, dingin dan alam pegunungan yang menawan. Taman Nasional Bromo-Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian 2392 m dari permukaan laut. Pegunungan Bromo-Semeru, merupakan pegunungan yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Kawasan wisata ini menjanjikan sebuah keindahan yang tak bisa anda temui di tempat lain. Dari puncak gunung berapi yang masih aktif ini, anda bisa menikmati hamparan lautan pasir seluas 10km persegi, dan menyaksikan kemegahan gunung Semeru yang menjulang menembus awan. Anda juga bisa menatap indahnya matahari beranjak keluar dari peraduannya. Selain menyaksikan keindahan panorama yang ditawarkan oleh Bromo-Semeru, apabila Anda datang di waktu yang tepat, maka Anda dapat menyaksikan Upacara Kesodo, yang diadakan oleh masyarakat Tengger. Upacara ini biasanya dimulai pada saat tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kesodo [ke-sepuluh] menurut penanggalan Jawa. Upacara Kesodo merupakan upacara untuk memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit, yaitu dengan cara mempersembahkan sesaji dengan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Saat prosesi berlangsung, masyarakat Tengger lainnya beramai-ramai menuruni tebing kawah dan sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah, sebagai perlambang berkah dari Yang Maha Kuasa. | |
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun. Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain jamuju (Dacrycarpus imbricatus), cemara gunung (Casuarina sp.), eidelweis (Anaphalis javanica), berbagai jenis anggrek dan jenis rumput langka (Styphelia pungieus). Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman nasional ini Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara lain luwak (Pardofelis marmorata), rusa (Cervus timorensis ), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak ), ayam hutan merah (Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus ), ajag (Cuon alpinus ); dan berbagai jenis burung seperti alap-alap burung (Accipiter virgatus ), rangkong (Buceros rhinoceros silvestris), elang ular bido (Spilornis cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan belibis yang hidup di Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo. | |
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Suku Tengger yang berada di sekitar taman nasional merupakan suku asli yang beragama Hindu. Menurut legenda, asal-usul suku tersebut dari Kerajaan Majapahit yang mengasingkan diri. Uniknya, melihat penduduk di sekitar (Su-ku Tengger) tampak tidak ada rasa ketakutan walaupun menge-tahui Gunung Bromo itu berbaha-ya, termasuk juga wisatawan yang banyak mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pada saat Upacara Kasodo. Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi: Cemorolawang. Salah satu pintu masuk menuju taman nasional yang banyak dikunjungi untuk melihat dari kejauhan hamparan laut pasir dan kawah Bromo, dan berkemah. Laut Pasir Tengger dan Gunung Bromo. Berkuda dan mendaki gunung Bromo melalui tangga dan melihat matahari terbit. Pananjakan. Melihat panorama alam gunung Bromo, gunung Batok dan gunung Semeru. Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Puncak Gunung Semeru. Danau-danau yang sangat dingin dan selalu berkabut (± 2.200 m. dpl) sering digunakan sebagai tempat transit pendaki Gunung Semeru (3.676 m. dpl). Ranu Darungan. Berkemah, pengamatan satwa/ tumbuhan dan panorama alam yang menawan. Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d Oktober dan bulan Desember s/d Januari. | |
Cara Mencapai Daerah Ini Anda dapat mencapai daerah ini dengan menggunakan mobil pribadi ataupun menyewa kendaraan. Ada empat pintu gerbang utama untuk memasuki kawasan taman nasional ini yaitu: desa Cemorolawang jika melalui jalur Probolinggo, desa Wonokitri dengan jalur Pasuruan, desa Ngadas dari jalur Malang dan desa Burno adalah jalur Lumajang. Adapun rute yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut: Pasuruan-Warung Dowo-Tosari-Wonokitri-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 71 km, Malang-Tumpang-Gubuk Klakah-Jemplang-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 53 km. Atau dari Malang-Purwodadi-Nongkojajar-Tosari-Wonokitri-Penanjakan sekitar 83 km Tempat Menginap Berbagai hotel dan penginapan dapat ditemukan disekitar area Taman Nasional Bromo-Semeru, mulai dari losmen sampai dengan hotel berbintang 4 dapat di jadikan pilihan untuk menginap di Bromo. Rata rata setiap hotel memasang tarif yang terjangkau. Tempat Bersantap Agak sedikit sulit untuk menemukan tempat makan di area ini terutama pada malam hari. Akan tetapi, apabila Anda menginap di desa Wonokitri, sekitar 3 km ke bawah tepatnya di pasar Tosari dapat ditemui beberapa warung makanan yang buka dan menjajakan makanannya hingga pukul 9 malam. BerkelilingAnda dapat berkeliling ke sekitar areal Taman Nasional dengan menyewa kendaraan jenis jeep 4x4. Atau, jika hanya ingin berkeliling di sekitar area lautan pasir Bromo, Anda dapat menyewa kuda yang banyak tersedia disana. Buah Tangan Anda dapat membeli oleh-oleh atau cinderamata di sekitar point area yang biasa digunakan untuk melihat matahari terbit. Di area ini banyak terdapat kios cinderamata yang menjajakan dagangan mereka seperti kaos atau t-shirt, topi kupluk, syal dan lainnya. Selain itu, di sekitar area laut pasir juga terdapat beberapa penjaja cinderamata yang menjual kaos atau t-shirt yang bertuliskan Gunung Bromo-Semeru. | |
Rute Pendakian ke Gunung Bromo: Perjalanan melalui pintu barat dari arah pasuruan yaitu masuk dari desa Tosari untuk menuju ke pusat obyek wisata ( lautan pasir )terbilang berat karena medan yang harus ditempuh tak bisa dilalui oleh kendaraan roda 4 biasa ini dikarenakan jalan turunan dari penanjakan kearah lautan pasir sangatlah curam, kecuali kita menyewa jip yang disediakan oleh pengelola wisata, jadi wisatawan banyak yang berjalan kaki untuk menuju ke pusat lokasi. Namun apabila kita melalui pintu utara dari arah sebelum masuk probolinggo yaitu pada daerah Tongas, kita akan menuju desa cemoro lawang sebelum turun menuju lautan pasir maka tidaklah terlalu berat dikarenakan turunan dari lerengnya tidaklah terlalu curam sehingga sepeda motor pun dapat melaluinya. Kebanyakan para wisatawan yang ingin mudah mencapai lautan pasir melewati jalur ini. Namun bila anda ingin menyaksikan sunrise yang sering ditampilkan di foto - foto, yang banyak difoto dari puncak penanjakan maka anda lebih praktis melewati jalur pintu barat. Namun bila anda mempunyai jiwa petualang maka anda dapat mencoba jalur perjalanan yang jarang dilalui wisatawan. Yaitu melalui kota Malang anda masuk melalui kota kecil tumpang kemudian masuk kota pronojiwo lalu akan melalui cagar alam yang sangat indah dari sini anda akan menjumpai pertigaan jalan dimana kearah selatan akan memasuki ranu pane ( kearah gunung semeru ) dan kearah utara anda memasuki lautan pasir bromo yang berada di punggung gunung bromo sebelah selatan. Jalan ini akan mengitari gunung bromo melewati lautan pasir. Jalur ini sebenarnya tidak terlalu curam dan dapat dilalui sepeda motor, namun memerlukan jiwa petualang karena jalurnya yang masih jarang dilewati. Namun anda akan diganjar dengan rahasia Bromo yang lain, yang sangat jarang dilihat wisatawan, yaitu padang ruput sabana dan bunga yang sangat luas berada dibalik Gunung Bromo. Sungguh pemandangan yang berkebalikan pada sisi Utaranya yang gersang dan berdebu. Lautan pasir adalah andalan wisata dari gunung Bromo, di alam pegunungan yang sejuk, kita dapat melihat padang pasir dan rerumputan yang luas. Sedangkan yang paling ditunggu dari gunung bromo adalah sightview ketika matahari terbit dan terbenam karena memang akan kelihatan jelas sekali dan sangat indah. Walaupun perjalanan ke Bromo sangat berdebu, tapi tidak terasa, karena keindahan yang disuguhkan benar-benar luar biasa. Berlibur menuju bromo dapat dibilang praktis bila anda menyukai tipe traveller dan melalui jalur pintu utara. Anda dapat melakukan kunjungan dalam jangka waktu 12 jam saja. tentunya bila anda memulainya dari kota Surabaya, Malang, Jember dan sekitarnya. Perjalanan dapat dimulai dari jam 12 malam sehingga anda akan sampai sekitar pukul 2 - 3 pagi. Dimana anda dapat beristirahat dahulu sebelum melihat sunrise. Penjual makanan dan minuman di areal lautan pasir biasanya sudah buka menjelang pukul 3 pagi, sehingga anda sudah bisa bersiap - siap untuk melakukan pendakian melewati anak tangga puncak bromo yang terkenal itu. Nikmatilah pemandangan sampai jam 9 pagi dan anda pun dapat kembali sampai di kota keberangkatan anda sekitar 12 siang. Sebagai catatan, apabila anda melakukan perjalanan diareal lautan pasir ditengah kegelapan malam, sebagai patokan menuju areal parkir sekitar Pura anda dapat melihat patok dari beton yang sengaja diberikan sebagai penunjuk menuju areal pura. Dan apabila anda tersesat jangan panik dan meneruskan perjalanan ( apalagi ditengah kabut tebal ), tunggulah karena biasanya mulai jam 2 - 3 pagi beberapa penunggang kuda sewaan melintas diarea lautan pasir. Tips
|
Daftar Blog Saya
Senin, 31 Januari 2011
Gunung BroMo 2.392 MdpL
KawaH KeLiMuTU
Pesona Warna Kawah Kelimutu
Inilah sebuah gunung yang menyimpan misteri sekaligus pesonanya. Gunung Kelimutu terletak di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan puncak berketinggian 1.690 m dari atas permukaan laut, gunung itu memiliki keunikan karena ada tiga buah danau kawah berbeda warna.
Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring perjalanan waktu. Tak kurang sudah 12 kali perubahan warna terjadi dalam waktu 25 tahun terakhir ini. Danau pertama dan kedua letaknya sangat berdekatan, sedangkan danau ketiga terletak menyendiri sekitar 1,5 km di bagian Barat. Perubahan warna ini diduga akibat adanya pembiasan cahaya matahari, adanya mikro biota air, terjadinya zat kimiawi terlarut, dan akibat pantulan warna dinding dan dasar danau.
Kelimutu merupakan gabungan kata dari "keli" yang berarti gunung dan kata "mutu" yang berarti mendidih. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna pada danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat.
Danau atau Tiwu Kelimutu dibagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna - warna yang ada di dalam danau. Danau berwarna biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" merupakan tempat berkumpulnya jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau "Tiwu Ata Polo" merupakan tempat berkumpulnya jiwa orang-orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau "Tiwu Ata Mbupu" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.
Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 sampai 150 meter.
Awal mulanya daerah ini diketemukan oleh Van Such Telen, warga negara Belanda, tahun 1915. Keindahannya dikenal luas setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya tahun 1929. Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang menikmati danau yang dikenal angker bagi masyarakat setempat. Mereka yang datang bukan hanya pencinta keindahan, tetapi juga peneliti yang ingin tahu kejadian alam yang amat langka itu. Bagi penggemar hiking dan menyukai keindahan alam di desa pegunungan tropis, berwisata ke tempat ini merupakan pilihan terbaik. Kawasan Kelimutu telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional sejak 26 Februari 1992.
Untuk mencapai Gunung Kelimutu yang pernah meletus di tahun 1886 ini, butuh “perjuangan” tersendiri. Dari Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur, butuh waktu sekitar 3 jam dengan mobil sewaan dengan kondisi jalan yang tidak terlalu bagus, berkelak-kelok, melintasi jurang dan tebing. Kita akan menemui kampung terdekat dengan kawah gunung Kelimutu yang bernama Kampung Moni.
Kampung ini terletak di Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende yang berjarak 13 kilometer dari Danau Kelimutu. Dari Moni hanya dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk mencapai bibir Danau Kelimutu.
Selain dari Maumere, Kelimutu juga dapat dicapai dari Ende menggunakan bus antarkota ataupun kendaraan sewaan, dengan harga dan waktu perjalanan yang relatif tidak jauh berbeda. Dari ibukota Propinsi NTT, yakni Kupang, pengunjung dapat menggunakan pesawat menuju kota Ende, di Pulau Flores, dengan waktu tempuh mencapai 40 menit. Kelimutu terletak sekitar 66 kilometer dari Kota Ende dan 83 kilometer dari Kota Maumere.
Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 sampai 150 meter.
Awal mulanya daerah ini diketemukan oleh Van Such Telen, warga negara Belanda, tahun 1915. Keindahannya dikenal luas setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya tahun 1929. Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang menikmati danau yang dikenal angker bagi masyarakat setempat. Mereka yang datang bukan hanya pencinta keindahan, tetapi juga peneliti yang ingin tahu kejadian alam yang amat langka itu. Bagi penggemar hiking dan menyukai keindahan alam di desa pegunungan tropis, berwisata ke tempat ini merupakan pilihan terbaik. Kawasan Kelimutu telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional sejak 26 Februari 1992.
Untuk mencapai Gunung Kelimutu yang pernah meletus di tahun 1886 ini, butuh “perjuangan” tersendiri. Dari Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur, butuh waktu sekitar 3 jam dengan mobil sewaan dengan kondisi jalan yang tidak terlalu bagus, berkelak-kelok, melintasi jurang dan tebing. Kita akan menemui kampung terdekat dengan kawah gunung Kelimutu yang bernama Kampung Moni.
Kampung ini terletak di Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende yang berjarak 13 kilometer dari Danau Kelimutu. Dari Moni hanya dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk mencapai bibir Danau Kelimutu.
Selain dari Maumere, Kelimutu juga dapat dicapai dari Ende menggunakan bus antarkota ataupun kendaraan sewaan, dengan harga dan waktu perjalanan yang relatif tidak jauh berbeda. Dari ibukota Propinsi NTT, yakni Kupang, pengunjung dapat menggunakan pesawat menuju kota Ende, di Pulau Flores, dengan waktu tempuh mencapai 40 menit. Kelimutu terletak sekitar 66 kilometer dari Kota Ende dan 83 kilometer dari Kota Maumere.
Di Kampung Moni banyak dijajakan kain tenun Lio yang menjadi salah satu produk khas lokal disana dan dijual oleh penduduk setempat kepada para wisatawan. Di Kampung Moni pula terdapat penginapan yang bisa dipakai oleh wisatawan untuk menginap atau beristirahat.
Terdapat sekitar 20 homestay yang dikelola penduduk dengan tarif Rp 25.000- Rp 50.000 per malamsedangkan cottage milik pemerintah bertarif Rp 75.000-Rp 85.000. per malam. Edelweis, Pinus dan Cemara adalah sejumlah tumbuhan yang dapat kita temui saat memasuki kawasan Kelimutu.
Nah, selamat menikmati kawasan kawah danau 3 warna gunung Kelimutu yang eksotis itu !
KawaH RaTU
Kawah Ratu – Taman Nasional Gunung Halimun Salak
January 30, 2010
Pada tanggal 26 Januari 2010 kemarin, aku mendapat undangan main ke kota Bogor atas undangan teman-teman disana. Maka pada malamnya aku dan temanku (Umro) berangkat menuju Bogor dengan mengendarai sepeda motor. Sekitar 1 jam perjalanan kami tiba di rumah salah seorang teman di bogor (Ari) dan beristirahat, setelah itu kami juga memutuskan untuk menentukan tempat-tempat wisata mana saja yang akan kami kunjungi esok hari. Setelah berembuk maka di putuskan kami akan menuju ke Kawah Ratu yang terletak di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Pada tanggal 27 Januari 2010 pagi setelah sarapan, kami berdelapan berangkat menuju Kawah Ratu dengan menggunakan sepeda motor, rute yang kami lewati adalah : Bogor – Cibatok – Gunung Bunder – Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor kami tiba di pintu masuk Gunung Bunder dan setelah mengurus perizinan selesai kami menuju ke curug Ngumpet. Dari lokasi curug Ngumpet ini akan ada jalan setapak menuju ke Kawah Ratu.
Di sini kita juga akan mendaftar kembali di pintu gerbang Taman Nasional Gunung Halimun Salak, lalu perjalanan pun dimulai. Tak lama kita berjalan kita akan menemui persimpangan, ke kiri menuju ke pancuran dan ke kanan menuju ke Kawah Ratu. Kondisi jalur yang kita lewati adalah jalur pendakian maka wajar saja bila jalur ini hutannya masih rapat. Karena curah hujan di gunung Salak cukup tinggi maka jalur yang kita lewati banyak yang berlumpur dan licin serta ada juga beberapa jalur yang tergenang dengan aliran air. Rute yang kami tempuh ini sekitar 5-6 kilometer dan kami tempuh sekitar 1 setengah jam perjalanan (90 menit).
Lalu kita akan memasuki area Kawah Ratu, dan setelah menyeberangi aliran kawah kita akan kembali memasuki hutan sedikit dengan mengikuti jalur setapak. Kondisi pepohonan di area kawah ini tampak menghitam seperti habis terbakar terutama yang terletak persis di sepanjang aliran kawah.
Setelah tiba di lokasi Kawah Ratu kami segera membuat bivak survival, hal ini kami lakukan karena kondisi cuaca sedang hujan serta untuk membantu menjaga stamina tubuh dari dinginnya suhu (berkisar antara 10-24 derajat Celcius). Tak lama setelah bivak selesai dibuat kami segera membuat kopi dan susu hangat ditambah indomie sebagai menu makan siang kami juga beberapa snack yang sempat kami bawa menjadi pelengkapnya. Sungguh indah sebenarnya pemandangan alam di sekitar kawah ini namun karena cuaca mendung dan berkabut kami tidak sempat mengabadikan suasana alam yang cerah. Tapi mungkin lain waktu kami akan kembali kesini untuk mengabadikan suasana tersebut.
Setelah cukup beristirahat dan foto2 di Kawah Ratu serta hujan pun reda, kami beranjak meninggalkan Kawah Ratu dengan keindahannya. Sambil melalui jalur yang sama saat kami naik tadi aku akan kembali ke sini suatu saat nanti dan tentu saja hunting foto merupakan menu utamanya… hahaha…
Setelah 1 jam (60 menit) perjalanan turun kami tiba di sebuah warung tempat kami menitipkan sepeda motor. Setelah beristirahat dan menyantap nasi goreng serta membersihkan badan di toilet (berada di belakang warung) kami kembali menuju bogor. Tak lama kemudian karena jam sudah menunjukan pukul 23:00 aku pun kembali menuju Jakarta dan tiba di rumah pada pukul 24:00.
Terima kasih atas undangan teman-teman di Bogor (Shanti, Ari, Monday, Oni dan Gofur) dan Jakarta (Umro dan Rawink), nanti suatu saat kita akan berpetualang lagi… sampai bertemu di lain waktu.
KawaH PuTiH
Bandung, sebagai kota wisata, tak pernah sepi dari objek-objek menakjubkan. Kota berhawa dingin ini memang gudangnya tempat wisata yang tepat untuk melepas penat di tengah hiruk pikuk metropolitan.
mulai dipadati pengujung
eksotik
Seperti kawasan Hutan Bandung Selatan yang menawarkan eksotiknya Kawah Putih. Sebuah kawah besar yang mengandung cairan belerang, terletak di lereng gunung Patuha, kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Terletak kurang lebih 45 km dari selatan kota Bandung, berada di antara jalur Ciwidey - Situ Patengan.
Menuju lokasi danau Kawah Putih, dari pintu masuk hingga ke kawah jaraknya sekitar 5 km atau bisa ditempuh sekitar 20 menit. Melalui jalan beraspal yang berkelok-kelok dengan pemandangan hutan tanaman Eucalyptus dan hutan alam dengan aneka ragam species hutan hujan tropis.
Selain bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan, dapat pula ditempuh dengan berjalan kaki atau lintas jalan kaki sejauh 7 km dari objek wisata alam Punceuling, melalui jalan setapak hutan alam. Meski perjalanan agak melelahkan, namun di sepanjang perjalanan akan terhibur dengan suasana hutan alam dan udara segar dan bersih. Bagi petualang, jalur ini menjadi alternatif yang cukup menantang hingga mencapai objek wisata kawah.
mulai dipadati pengujung
Kawah putih berada di ketinggian 2.194 m meter di atas permukaan laut, terbentuk saat terjadi letusan gunung Patuha sekitar tahun 1000-1200. Sekarang kawah ini sudah relatif stabil, dengan tidak adanya aktivitas aliran magma yang membahayakan sejak tahun 1600.
Sebelum ditemukan Kawah Putih di puncak Gunung Patuha, masyarakat menganggap puncak itu sebagai daerah yang angker, tak seorang pun berani menjamahnya. Bahkan, karena angkernya, burung yang melewati kawah pun akan mati. Kisah-kisah turun-temurun yang beredar di kalangan penduduk setempat menyebutkan, puncak Gunung Patuha dulu merupakan tempat pertemuan para leluhur Bandung Selatan.
Puncak tertinggi Gunung Patuha dinamakan Puncak Kapuk. Konon di situlah para leluhur berembuk memperbincangkan kesejahteraan dan keamanan masyarakat melalui penjagaan kelestarian hutan.
Penduduk setempat juga mengatakan, makam para leluhur itu dipercaya berada di Puncak Kapuk. Pada waktu-waktu tertentu, sering ada orang yang kawenehan(secara kebetulan) melihat seekor domba yang bulunya hijau mirip lukut, sehingga disebut domba lukutan, dan dipercayai sebagai ternak peliharaan para leluhur tadi.
Misteri keindahan danau Kawah Putih baru terungkap tahun 1837, oleh seorang ilmuwan Belanda peranakan Jerman, Dr. Franz Wilhelm Junghun, yang juga seorang pengusaha perkebunan Belanda yang mencintai kelestarian alam.
Saat itu, Junghun mengadakan perjalanan ke Gunung Patuha, dia sempat bertanya pada masyarakat setempat tentang suasana alam yang dirasakannya sangat hening dan sunyi itu. Ternyata dia mendapat jawaban, bahwa di kawasan tersebut merupakan daerah angker sebagai kerajaan jin dan tempat bersemayamnya roh para leluhur. Kondisi lembah Gunung Patuha pada waktu itu masih berupa hutan lebat, dipenuhi pohon-pohon kayu jenis lokal, seperti rasamala, saninten, huru, samida, dan lain sebagainya.
Namun, Junghuhn tidak mempercayai cerita itu begitu saja, sambil melanjutkan perjalanan menembus hutan belantara hingga akhirnya menemukan sebuah danau kawah yang indah. Dari dalam danau itu keluar semburan lava bau belerang yang menusuk hidung. Ternyata kondisi belerang yang sangat tinggi itulah yang menyebabkan burung enggan terbang di atas permukaan kawah.
Meski sudah ditemukan, keindahan danau Kawah Putih tetap saja tak dikenal dan belum bisa dinikmati oleh masyarakat luas. Hingga 1987 PT Perhutani (Persero) Unit III Jabar dan Banten mengembangkannya menjadi sebuah objek kunjungan wisata.
Popularitas Kawah Putih mulai meningkat. Apalagi lokasinya merupakan satu rangkaian dengan objek-objek wisata hutan Bandung Selatan lainnya, seperti Rancaupas dan Cimanggu.
Rancaupas sudah sejak lama menjadi areal penangkaran rusa. Di dekat areal penangkaran rusa, terdapat bumi perkemahan yang selalu padat pada musim liburan sekolah, terutama pada bulan Juli-Agustus. Cimanggu merupakan kolam renang air panas yang cukup luas. Dilengkapi kamar-kamar mandi khusus juga beberapa cottage.
eksotik
Kawah Putih memang menakjubkan, baik dari sosok penampilannya, maupun dari aspek kelestarian lingkungannya. Cekungan seluas 25 hektar itu berair keputih-putihan.
Air danau kawahnya selalu berubah-ubah warna. Terkadang berwarna hijau apel dan kebiru-biruan, bila terik matahari dan cuaca terang, terkadang pula berwarna coklat susu, kuning terang dan yang paling sering dijumpai adalah berwarna putih disertai kabut tebal di atas permukaan kawah.
Bahkan, tatkala sore hari, air danau kawah pun, tiba-tiba pasang surut. Selain permukaan kawah yang berwarna putih, pasir dan bebatuan di sekitarnya pun didominasi warna putih. Karenanya kawah itu dinamakan Kawah Putih. Mirip dengan Danau Kalimutu di Pulau Lombok NTB.
Bila malam hari berkunjung ke Kawah Putih, keajaiban alam pun akan terjadi. Sekitar pukul 21.00, saat langit cerah dengan disinari bintang-bintang, dari danau kawah putih terlihat pancaran cahaya terang kehijau-hijauan menghiasi kawah. Kemudian, dari bias cahaya berwarna hijau itu, membentuk sebuah lingkaran yang mampu menerangi seluruh lokasi kawah. Benar-benar menakjubkan untuk dilihat.
Keberadaaan danau Kawah Putih di puncak Gunung Patuha yang menurut penelitian masih tergolong aktif itu di batasi oleh dinding bebatuan terjal di sebelah utara dan di sebelah barat masih terdapat pancaran kawah yang bergolak. Jika ingin lebih dekat kawah bisa melalui pintu masuk di sebelah timur. Tak jauh dari lokasi kawah terdapat sebuah gua buatan sedalam 5 meter.
Keindahan kawah pun bisa dinikmati lebih dekat lagi, sambil berjalan santai atau pun duduk-duduk pada shelter-shelter. Sementara beraneka jenis flora dan fauna bisa dijumpai di sekitar kawah, seperti tanaman Cantigi dan Lemo, yang berbau harum seperti minyak lawang. Khasiat tanaman Lemo, dapat mengusir binatang berbisa seperti ular. Selain itu terdapat pula tanaman Vaccinium sebagai vegetasi khas daerah kawah.
Bila kita akan naik ke puncaknya bisa mendapati bunga Eidelweis. Adapun jenis fauna yang sering muncul, antara lain elang, monyet, kancil, babi hutan serta macan kumbang dan tutul.
Keindahan danau Kawah Putih Gunung Patuha, memang sangat mempesona dan menakjubkan. Bahkan, jika sudah mengetahui keajaiban alamnya, pasti akan mengatakan tak ada kawah yang seindah Kawah Putih.
Karena keindahan alamnya, Kawah Putih sering dijadikan tempat syuting film dan sinetron. Ditunjang jalan yang cukup mulus, dari jalan raya Ciwidey hingga ke areal parkir di dekat kawah, maka pengunjung Kawah Putih dari hari ke hari terus berjubel.
Tertarik untuk menikmati keindahannya? Siapa tau bisa ketemu artis waktu ada syuting. Lumayan khan? (cax)
KawaH ijeN
Kawah Ijen terletak di puncak Gunung Ijen yang merupakan salah satu dari rangkaian gunung berapi di Jawa Timur seperti Bromo, Semeru, dan Merapi. Gunung Ijen terletak di sebelah timur Gunung Merapi (di Jawa Timur juga terdapat gunung yang memiliki nama yang sama dengan gunung di Jawa Tengah yaitu Gunung Merapi). Kawasan Wisata Kawah Ijen atau Cagar Alam Taman Wisata Ijen terletak di wilayah Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Klobang, Kabupaten Bondowoso.
Kawah Ijen terletak di ketinggian 2.368 meter di atas permukaan laut. Yang menarik adalah kawah ini terletak di tengah kaldera yang terluas di Pulau Jawa. Ukuran kaldera sekitar 20 kilometer. Ukuran kawahnya sendiri sekitar 960 meter x 600 meter dengan kedalaman 200 meter. Kawah ini terletak di kedalaman lebih dari 300 meter di bawah dinding kaldera.
Mengapa Kawah Ijen merupakan salah satu kawah paling asam terbesar di dunia? Tahukah Anda berapa derajat keasaman (pH) dari kawah ini? Kawah ini memiliki tingkat keasaman yang sangat tinggi yaitu mendekati nol sehingga bisa melarutkan tubuh manusia dengan cepat. Selain itu, suhu kawah yang mencapai 200 derajat celcius menambah takjub akan kawah yang sangat besar ini. Namun, dibalik angka-angka yang membuat rasa takut tersebut, ternyata kawah ini menyajikan pesona keindahan yang juga menakjubkan. Keindahan apa saja yang bisa Anda dapatkan di Kawah Ijen?
Pesona Keindahan Kawah Ijen
Kawah Ijen dari atas Gunung Ijen terlihat sangat indah. Kawah ini merupakan danau yang besar berwarna hijau kebiruan dengan kabut dan asap belerang yang sangat memesona. Selain itu, udara dingin dengan suhu 10 derajat celcius, bahkan bisa mencapai suhu 2 derajat celcius, akan menambah sensasi tersendiri. Berbagai tanaman yang hanya ada di dataran tinggi juga dapat Anda temukan, seperti Bunga Edelweis dan Cemara Gunung.
Saat pagi hari, ketika matahari mulai menyinari kawasan Kawah Ijen, pemandangan yang indah dapat Anda nikmati. Kawah Ijen yang berwarna hijau kebiruan akan ditambah cahaya matahari yang berwarna keemasan memantul di kawah tersebut. Pemandangan menakjubkan juga dapat Anda peroleh dengan menyaksikan pesona keindahan Gunung Merapi yang berdekatan. Gunung Merapi memiliki kemiripan bentuk dengan Gunung Ijen. Saat yang paling tepat untuk menyaksikan keindahan Ijen adalah pada pagi hari.
Untuk menuju Kawah Ijen, Anda harus menyusuri jalan setapak menyusuri tebing kaldera. Jangan lupa membawa penutup hidup karena kadang asap belerang tertiup angin melewati jalur tersebut. Anda juga dapat mengelilingi kaldera di kawasan ini yang memakan waktu mencapai 8 hingga 10 jam berjalan kaki.
Penambang Belerang Tradisional
Salah satu yang menjadi perhatian pengunjung di kawasan Kawah Ijen adalah adanya penambang belerang tradisional. Mereka dengan berani mendekati danau untuk menggali belerang dengan peralatan sederhana lalu dipikul dengan keranjang.
Para penambang belerang ini mengambil belerang dari dasar kawah. Di sini asap cukup tebal, namun dengan peralatan penutup hidung sekadarnya seperti sarung, mereka tetap mencari lelehan belerang. Lelehan belerang didapat dari pipa yang menuju sumber gas vulkanik yang mengandung sulfur. Gas ini dialirkan melalui pipa lalu keluar dalam bentuk lelehan belerang berwarna merah. Setelah membeku belerang berwarna kuning.
Setelah belerang dipotong, para penambang akan memikulnya melalui jalan setapak. Beban yang dipikul cukup berat antara 80 hingga 100 kg. Para penambang sudah terbiasa memikul beban yang berat ini sambil menyusuri jalan setapak di tebing kaldera menuruni gunung sejauh 3 kilometer.
Menuju Kawah Ijen
Anda dapat mencapai Kawah Ijen melalui dua alternatif rute. Berikut ini rute yang sering digunakan oleh para pengunjung Kawah Ijen:
Banyuwangi
Rute ini lebih sulit dilalui karena kondisi jalan yang buruk. Biasanya digunakan oleh para pendaki untuk rute pendakian Gunung Ijen. Rute ini dapat ditempuh dari Banyuwangi, lalu menuju Kecamatan Licin. Dari Licin menuju Jambu lalu ke Patulding. Dari Patulding Anda tinggal berjalan kaki melewati jalan setapak dan tebing kaldera sejauh 2 kilometer menuju Kawah Ijen. Total jarak tempuh melewati rute ini adalah 38 kilometer.Bondowoso
Rute ini lebih mudah dilalui karena kondisi jalan yang bagus dan relatif mulus. Rute ini dapat ditempuh dari Bondowoso, lalu menuju Wonosari, lalu ke Sempol dan akhirnya ke Patulding. Dari Patulding Anda tinggal berjalan kaki melewati jalan setapak dan tebing kaldera sejauh 2 kilometer menuju Kawah Ijen. Jarak tempuh melewati rute ini adalah 70 kilometer dengan pemandangan pohon kopi dan hutan pinus yang memesona.
Anda dapat menuju Bondowoso maupun Banyuwangi dengan transportasi umum dari Surabaya. Jarak dari Surabaya ke Bondowoso maupun Banyuwangi kurang lebih 200 kilometer. Untuk alasan keamanan, Kawah Ijen ditutup mulai pukul 14.00 karena intensitas asap belerang yang beracun meningkat setelah jam tersebut.
Gn. TanGkuBaN PeRaHu
|
Langganan:
Postingan (Atom)