Daftar Blog Saya

Senin, 07 Februari 2011

Curug MaLeLa

Curug Malela, Niagara Kecil di Ujung Barat Bandung

Tahukah anda bahwa ada air terjun Niagara kecil di Cekungan Bandung? Sudah lama saya penasaran dengan Niagara kecil ini.  Informasinya selain dari omongan beberapa teman, juga banyak ditulis di situs blog pribadi, situs pariwisata, atau situs resmi Perhutani, maupun Pemkab Bandung Barat. Si Niagara kecil yang mengagumkan itu dikenal sebagai Curug Malela (curug = air terjun dalam Bahasa Sunda). Sayang lokasinya jauh di entah berantah Cekungan Bandung! Jadi, jangan ke Curug Malela, jika anda hanya ingin berwisata, kecuali jiwa petualangan anda memanggil-manggil!
Memang situs-situs internet memberitakan keindahan Curug Malela. Sejak tahun 2006, beberapa media memuat pernyataan-pernyataan pejabat pariwisata yang memuji-muji potensi yang luar biasa ini. Kenyataannya, akses jalan yang seharusnya mulus menuju objek yang diunggulkan ini, membuat pengendara frustasi pada kunjungan pertama.
Pertama-tama dari Bandung kita harus menuju Kota Kecamatan Gununghalu, lebih kurang 40 km ke arah barat. Jika tidak membawa kendaraan sendiri, bisa naik kendaraan umum minibus elf yang berangkat dari Stasiun Ciroyom. Boleh dikatakan setiap jam minibus ini siap berangkat. Sore hari tidak ada yang berangkat dan baru ada lagi menjelang tengah malam: memanfaatkan para calon penumpang yang biasa akan menjual hasil bumi dan palawija ke Bandung pada subuh harinya.
image001
Ci Dadap di Gununghalu yang akan mengalir ke Ci Curug
Dari Gununghalu kemudian kita mengarah ke Bunijaya. Ke jurusan ini pun masih tersedia kendaraan yang sama (beberapa minibus jurusan Bandung-Gununghalu-Bunijaya). Nah, perjalanan berikutnya dimulailah dengan menggunakan  peribahasa “malu bertanya sesat di jalan.” Ketiadaan penunjuk arah sejak Kota Kecamatan Gununghalu membuat kita terpaksa selalu bertanya kepada penduduk yang dilalui. Memang betul malu bertanya sesat di jalan, tapi kalau terlalu banyak bertanya karena ketiadaan penunjuk arah, nampaknya pengelola daerahlah yang sesat di jalan birokrasinya.
Jadi setelah banyak bertanya, jalan akan mengarahkan kita ke arah Bunijaya dan berbelok ke arah kanan di daerah yang dikenal sebagai Simpang Rongga. Dari sini tidak ada kendaraan umum yang melayani rute hingga ke Rongga bahkan ke Cicadas, desa tempat Curug Malela berada. Satu-satunya alternatif hanya ojek motor. Ongkosnya bisa mencapai Rp. 50.000,- sekali jalan. Sekalipun ngotot dan pintar menawar, paling jatuhnya Rp. 40.000,-
Jalan kemudian berkelok-kelok menyempit menanjak. Sekalipun beraspal baik, tapi lubang-lubang besar membuat kelancaran perjalanan terganggu. Di Kota Kecamatan Rongga kita kembali dihadapkan pada persimpangan jalan dan terpaksa kembali bertanya. Jalan ke kiri yang diambil akan membawa kita ke daerah Kubang, Perkebunan Teh Montaya. Jalan perkebunan asri yang diapit pohon-pohon mahoni dan damar membawa kita memasuki daerah perbukitan yang turun naik berkelok-kelok pada jalan sempit.
image003
Jalan ke Curug Malela melewati Perkebunan Teh Malela yang asri dengan apitan pohon damar
Perjalanan dari Gununghalu ke Kubang Montaya yang hanya berjarak kurang dari 20 km terpaksa harus ditempuh antara 1,5 - 2 jam perjalanan kendaraan roda empat. Masih dengan banyak bertanya. Dari Simpang Kubang ke arah Cicadas kita akan didera jalan batu yang berlubang-lubang. Perlu waktu hampir satu jam menempuh jarak pendek tidak lebih dari 3 km itu.
Sesampainya di Cicadas bukan berarti Curug Malela telah ada di depan kita. Jalan berikutnya berupa jalan perkebunan yang tidak dapat dilalui mobil biasa. Jadi  harus ditempuh dengan cara jalan kaki. Perlu waktu kira-kira satu jam untuk akhirnya mencapai Curug Malela setelah menuruni jalan setapak terjal dengan beberapa lereng hampir 70 derajat. Sangat melelahkan. Yah, bayangkan sendiri perjalanan pulang melalui rute yang sama.
image007image005
Relief terjal dari Desa Cicadas ke Curug Malela cukup melelahkan tetapi mengasyikan.
Beberapa fasilitas tidak terurus, seperti jembatan bambu yang longsor
Curug Malela berada di Kampung Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cianjur di barat laut Bandung. GPS menunjukkan posisi koordinat S07o00′38.1″ E107o12′22.0″ di atas batu tempat memandang keindahan curug itu. Berdasarkan peta topografi, sungai yang jatuh sebagai Curug Malela setinggi lebih kurang 50 m dan lebar mencapai 70 m, adalah Ci Curug. Airnya terjun di atas batu breksi dan konglomerat yang sangat keras, berumur Miosen Atas, kira-kira 10 hingga 5 juta tahun. Kesan yang timbul dari kerasnya batuan dapat dilihat dari morfologi batuannya yang memperlihatkan dinding-dinding tegak yang licin. Begitulah rupanya mengapa Niagara kecil ini dinamakan ‘malela’ yang mengambil dari Bahasa Kawi yang berarti ‘baja’.
image011
Curug Malela, Ci Curug yang terjun di atas batu baja
Toponimi Curug Malela (baja) juga bersesuaian dengan nama sungainya, Ci Curug, yang berarti ’sungai air terjun’. Hulu Ci Curug berasal dari lereng utara Gunung Kendeng dengan bekas kaldera raksasanya yang berdiameter hampir 15 km. Dari gunung api yang telah mati, yang terletak di sebelah barat Ciwidey, ini mengalir jaringan sungai Cidadap. Cidadap mengalir ke arah barat laut melalui Kecamatan Gununghalu menggerus rangkaian batuan keras yang umumnya berciri produk letusan gunung api tua.
Aliran Cidadap setelah melewati utara Bunijaya, kemudian mengalir sebagai Ci Curug dan memasuki relief sangat terjal di suatu dataran tinggi yang dulu dinamakan Plateau Rongga. Ciri biasa bagi sungai-sungai yang mengalir di atas plateau, pola alirannya terganggu oleh air terjun yang bertingkat-tingkat. Itulah yang terjadi pada aliran Ci Curug. Selain Curug Malela yang terbesar, ke arah hilir terdapat beberapa tingkat air terjun yang dinamakan Curug Katumiri dan Curug Ngebul, sebelum sungai ini bermuara ke Ci Sokan.
Keanggunan air terjun yang dalam foto kecepatan rendah memberikan kesan seperti benang-benang sutra halus, tidak dipungkiri telah menawan hati dan pandangan mata siapa yang datang mengunjunginya. Jika hari tidak keburu gelap, kita akan seharian duduk tanpa bosan-bosannya menyaksikan fenomena alam yang luar biasa ini.  Sejak sebelum 2006 - 2007, pemerintah Kabupaten Bandung yang kemudian dilanjutkan oleh Kabupaten Bandung Barat telah menyatakan akan mengelola destinasi potensial ini. Hingga 2009 akses jalan kelihatannya sudah diperbaiki (sekalipun kembali berlubang-lubang) tetapi menyisakan hampir 5 km yang sangat menyiksa dan membuat frustasi wisatawan. Persoalan yang dilontarkan sangatlah klasik, yaitu kekurangan anggaran dan menunggu investor!
image009
Curug Malela, Niagara Kecil di ujung barat Bandung, yang memang mempesona.
Dari sisi lingkungan, sebenarnya Curug Malela sangatlah rentan terhadap pencemaran. Jaringan hulu Ci Curug yang berasal dari Ci Dadap melewati kota-kota kecamatan yang cukup padat, seperti Gununghalu dan Bunijaya. Sepanjang alirannya di wilayah permukiman Kecamatan Gununghalu, lembah sungai Ci Dadap menjadi tempat pembuangan sampah, terutama dari rumah-rumah yang tumbuh di tepi sungai. Sampah-sampah itu terbawa aliran Ci Dadap untuk kemudian ikut jatuh di Curug Malela. Jangan heran jika di lereng-lereng bawah dekat air terjun itu kita akan mendapati tumpukan sampah-sampah plastik, sandal jepit, atau styrofoam.
Itulah Curug Malela yang memberi berjuta pesona, tetapi sayang sekali tidak terkelola dengan baik, selain juga munculnya ancaman pencemaran sampah.  Jadi kalau ingin berwisata, jangan ke Curug Malela, kecuali jiwa kepetualangan anda yang terus memanggil karena pesona curug ini dapat mengalahkan hambatan aksesibilitas yang memprihatinkan *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar